Kamis, 21 Mei 2009

Gunung Sindoro, perjalanan naik yang melelahkan

Tanggal 8 Mei, hari sudah pagi, udara dingin, menurut kata orang supaya ga merasa dingin harus mandi, tapi siapa yang mau mandi dengan air yang sedingin es? Biarpun begitu aku tetap mencoba dinginnya air di badanku yang memang bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat. Rencana mau berangkat pagi ternyata tidak terwujud, semua terlambat, bingung packing barang untuk dibawa naik, dan juga terjadi sedikit kecelakaan. Waktu selesai makan pagi, eh mobil terperosok masuk ke got di pinggir jalan. Untung ada batu-batu besar di dekat situ, akhirnya dengan dibantu warga sekitar bisa jugalah keluar dari lubang got :p Alhasil, jam 10 baru bisa berangkat.



Mobil terperosok masuk got

Kembali ke pos Grasindo, kusempatkan mengambil beberapa gambar, lalu dengan mobil bersesak-sesak (total 6 orang plus barang-barang) berangkatlah mendaki. Sampai pos 1 perjalanan masih bisa ditempuh dengan mobil. Sepanjang perjalanan melewati banyak kebun tumbuh-tumbuhan sayangnya ga bisa memotret karena terjepit :p



Kegiatan warga penghuni kaki gunung





Pemandangan dari Pos 1

Turun di pos 1, aku dan Li Fang mulai berjalan duluan. Wah, ternyata berjalan sebentar saja sudah terasa lelah. Jadi pingin menertawakan diri sendiri karena hari sebelumnya sok-sokan. Sebentar-sebentar kami berhenti karena nafas terasa sesak kehabisan oksigen. Dari sini aku dah merasa beda banget dengan acara camping waktu ospekan dulu. Rasanya lama banget baru nyampe pos berikutnya, setelah nyampe, eh ga lama udah tersusul ama yang lain, payah banget hehe. Di pos 2 kami makan ransum kami kemudian lanjutin perjalanan.

Jalan yang semula lebar pun semakin lama semakin menciut dan berbatu-batu. Akhirnya aku pun tertinggal sendirian di belakang tersalip semuanya. Bahkan porter yang membawa beban segitu berat pun bisa berjalan lebih cepat daripadaku. :p



Jalan yang semula lebar





Semakin menciut & berbatu


Merasa sudah jauh ditinggalkan di belakang, ga tahu mesti berbuat apa, seperti kata Li Fang waktu dah ga bisa melihat orang berjalan di depan kita, bakalan merasa frustasi. Akhirnya aku pun duduk sambil memakan ransum yang tersisa di ranselku dan merenung memandang alam... Sejuk, hanya hamparan hijau... Dan di seberang sana, Gunung Sumbing yang tegak tinggi... Eh, enak-enaknya ngelamun, dipanggil ama ko Agustinus. Wah, dia belain turun lagi nyari diriku, siapa tahu aku menyerah pulang balik ke kampung kayak ceritanya Li Fang waktu ke Merapi hihihi. Jadinya keasyikanku melamun & merenung terganggu, aku pun melanjutkan perjalanan lagi menyusul mereka-mereka yang dah pada duduk nyante di pos 3.




Gunung Sumbing

Setelah itu perjalanan menjadi lebih berat karena jalan yang semakin menanjak. Selain itu sudah tidak bisa bersantai-santai lagi karena hari sudah mulai gelap, udara mulai dingin serasa menusuk tulang. Aku sudah tidak sempat mengambil foto lagi karena aku dikawal ko Agustinus (biar cepat kali yah). Tapi aku juga sudah bisa berpikir mau motret lagi, yang ada di pikiranku saat itu hanyalah "naik atau mati kedinginan di sini". Itu saja yang aku dengungkan di kepalaku mengiring tubuhku yang menggigil dan tanganku yang sudah menjadi sedingin es.

Akhirnya nyampe di Batu Tatah tempat mendirikan tenda, udah gelap banget, matahari sudah tak terlihat lagi. Setelah makan, aku hanya mau tahu meringkuk di balik sleeping bag karena dinginnya bukan main (plus satu hal yang memalukan karena aku hanya membawa satu celana jeans yang sudah basah ga karuhan :p). Malam itu pun tidak bisa tidur saking dinginnya...

To be continued....

0 komentar:

Posting Komentar